“Perkembangan dan Pentingnya Bahasa Indonesia”

A. Pentingnya Bahasa dan fungsi kedudukan Bahasa Indonesia 
1.      Pentingnya Bahasa Indonesia
            Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, dengan bahasa Indonesia kita dapat menyatukan berbagai ragam suku yang ada di Indonesia, bayangkan saja jika tidak ada bahasa Indonesia, mungkin kita tidak akan memahami perkataan yang disampaikan dari suku yang berbeda, misalnya sumatera dan sulawesi, jadi bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat penting bagi kita namun dengan tidak meninggalkan bahasa daerah masing-masing, sebagai ciri khas suatu daerah. Di Negara kita Indonesia , banyak sekali bahasa yg di gunakan, setiap pulau selalu berbeda-beda bahasa yang di gunakannya. Akan tetapi, bahasa pemersatu kita ialah Bahasa Indonesia. Tapi sangat di sayangkan banyak masyarakat-masyarakat pedalaman yang tidak bisa berbahasa Indonesia.
            Seberapa pentingkah bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari kita ?
·         Dilihat dari fungsi bahasanya, bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi, jika kita tidak mengerti bahasa Indonesia, bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.
·         Dilihat dari bacaan, betapa pentingnya kita menggunakan bahasa Indonesia, apalagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) . Tidak sedikit orang asli Indonesia sendiri yang masih sangat kurang mengerti dalam penggunaan EYD. Mungkin di sebabkan oleh faktor-faktor seperti pergaulan, kebiasaan menggunakan bahasa daerah.

2.      Fungsi  Bahasa Indonesi
A.    Fungsi ekspresi 
 Fungsi  pertama  ini,  pernyataan  ekspresi  diri,  menyatakan  sesuatu yang  akan   disampaikan  oleh  penulis  atau  pembicara  sebagai eksistensi diri dengan maksud  :
·         Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif).
·         Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi.   
·         Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik.
·         Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.
 Fungsi  ekspresi  diri  itu  saling  terkait  dalam  aktifitas  dan  interaktif keseharian  individu,  prosesnya  berkembang  dari  masa  anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

B.      Fungsi Komunikasi  
 Fungsi  komunikasi  merupakan  fungsi  bahasa  yang  kedua  setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan  baik  bila  ekspresi  berterima, dengan  kata  lain,  komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri 

C.     Fungsi integrasi dan adaptasi sosial   
 Fungsi  peningkatan  (integrasi) dan  penyesuaian (adaptasi)  diri  dalam suatu  lingkungan  merupakan  kekhususan  dalam  bersosialisasi  baik dalam  lingkungan  sendiri  maupun  dalam  lingkungan baru.  Hal  itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat). 
Dengan demikian,  bahasa  itu  merupakan  suatu  kekuatan  yang  berkorelasi dengan  kekuatan  orang  lain  dalam  integritas  sosial.  Korelasi  melalui bahasa  itu  memanfaatkan  aturan-aturan  bahasa  yang  disepakati sehingga  manusia  berhasil  membaurkan  diri  dan  menyesuaikan  diri sebagai anggota suatu masyarakat.

D.    Fungsi kontrol sosial   
 Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui  kontribusi  dan  masukan  yang positif.  Bahkan,  kritikan  yang tajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik  memberikan  kesan  yang  tulus  tanpa  prasangka.   
Dengan  kontrol sosial,  bahasa  mempunyai  relasi  dengan  proses  sosial  suatu masyarakat  seperti  keahlian  bicara,  penerus  tradisi  atau  kebudayaan, pengindentifikasi  diri,  dan  penanam  rasa  keterlibatan  (sense  of belonging) pada masyarakat bahasanya.       
3.      Kedudukan Bahasa  Indonesia
  Kedudukan Bahasa  Indonesia  diidentifikasikan menjadi  bahasa  persatuan,  bahasa  nasional,  bahasa  negara,  dan  bahasa standar.  Keempat  posisi  bahasa  Indonesia  itu  mempunyai  fungsi  masing-masing seperti berikut:
a.       Bahasa Persatuan
 Bahasa  persatuan  adalah  pemersatu  suku  bangsa,  yaitu pemersatu  suku,  agama,  rasa  dan antar  golongan  (SARA)  bagi  suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan)  sudah  dicanangkan  dalam  Sumpah 
Pemuda 28 Oktober 1928.

b.      Bahasa Nasional
 Bahasa  Nasional  adalah  fungsi  jati  diri  Bangsa  Indonesia  bila berkomunikasi pada dunia luar  Indonesia.  Fungsi bahasa  nasional ini dirinci atas bagian berikut:
·         Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
·         Identitas nasional dimata internasional
·         Sarana  hubungan  antarwarga,  antardaerah,  dan  antar budaya
·         Pemersatu  lapisan  masyarakat:  sosial,  budaya,  suku bangsa, dan bahasa.
c.       Bahasa  Negara
 Bahasa  negara  adalah  bahasa  yang  digunakan  dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas dengan rincian berikut:
·         Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan
·         Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi
·         Fungsi  bahasa  sebagai  perencanaan  dan  pelaksanaan pembangunan  bagai  negara  Indonesi  sebagai  negara berkembang
·         Fungsi  bahsa  sebagai  bahasa  resmi  berkebudayaan  dan  ilmu teknologi (ILTEK).



d.      Bahasa Baku
 Bahasa  baku  (bahasa  standar)  merupakan  bahasa  yang digunakan  dalam  pertemuan  sangat  resmi.  Fungsi  bahasa  baku  itu berfungsi sebagai berikut:
·         Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa
·         Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi
·         Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual
·         Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah


B.     Perkembangan Bahasa Indonesia dulu dan sekarang
 Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.  Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi begitu saja, ada beberapa tahapan proses dalam penerimaan itu yang membutuhkan waktu lama. Tahapannya meliputi :
Awal mulanya adalah ketika bahasa melayu digunakan sebagai bahasa kenegaraan oleh kerajaan Sriwijaya yang mana pada abad ke-7 sebelum masehi. Lalu pada abad ke-15 berkembang lah terus bahasa melayu ini dan tersebar di sekitar Asia Tenggara lalu di resmikan lah Bahasa Melayu dan diberi nama Bahasa Melayu Tinggi.
Lalu pada abad ke-19 pada kolonial Hindia-Belanda bahasa melay dianggap dapat menguntungkan dan sebagai sarana komunikasi dalam membantu administrasi dengan kaum pribumi, di era saat ini lah mulai terjadi perbedaan dan terpisah antara bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen, Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. contoh perkembangan negatif bahasa indonesia saat ini adalah dari segi penulisan, kata “sangat” sengaja diubah menjadi kata “beud”.  Hal inilah yang menjadi unik di kalangan remaja saat ini. Remaja lebih sering mengubah bahasa yang seharusnya mudah dipahami menjadi bahasa alay yang sulit untuk dimengerti sehingga diperlukan beberapa kali ketelitian untuk memahaminya.Situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter mempunyai peran yang cukup penting dalam penyebaran bahasa alay seperti kata “beud” di lingkungan remaja. Remaja menggunakan media semacam situs jejaring sosial sebagai tempat untuk mendemokrasikan kata-kata sesuka hati dan disusun secara individual.
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup. Yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Hampir Sebagian besar warga Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing atau daerah. Bahkan terdapat kamus bahasa gaul yang diperjual-belikan secara bebas. Sebagai warga negara Indonesia kita harus tetap melestarikan bahasa persatuan kita di era globalisasi ini.
Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?

Jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum difungsikan secara baik dan benar. Para penuturnya masih dihinggapi sikap inferior (rendah diri) sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah asing, padahal sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

C.    Ragam Bahasa dan Karakteristiknya
 Ragam Lisan dan Ragam Tulis
          Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.
a.       Ragam Bahasa Lisan
   Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakatadan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendahsuara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ø  Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a.       Memerlukan kehadiran orang lain
b.      Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c.       Terikat ruang dan waktu
d.      Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara  
Ø  Kelebihan ragam bahasa lisan :
a.       Dapat disesuaikan dengan situasi
b.      Faktor efisiensi
c.       Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur  lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
d.      Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
e.       Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
f.       Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.  
Ø  Kelemahan ragam bahasa lisan :
a.       Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
b.      Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c.       Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d.      Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

b.      Ragam Bahasa Tulis 
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisandengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalamengungkapkan ide.
Ø   Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a.       Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
b.      Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c.       Tidak terikat ruang dan waktu.
d.      Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.    
Ø  Kelebihan ragam bahasa tulis :
a.       Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan. 
b.       Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c.       Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d.      Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca. 
Ø   Kelemahan ragam  bahasa tulis :
a.       Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b.      Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c.       Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.    

Ø  Kedua ragam itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut.
a.       Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada didepan.
b.      Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.
c.       Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan didalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
d.      Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan  tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.     
v  Macam-macam dari ragam lisan dan ragam tulis :
a.       Ragam Baku Dan Ragam Tidak Baku
Ragam baku adalah  ragam  yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan  norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.  Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. 
Ragam baku terdapat dua macam  yaitu, ragam  baku  tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan  resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Ukuran dan  nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam  ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
b.      Ragam Sosial dan Ragam Fungsional    
Ragam sosial, yaitu ragam  bahasa yang sebagian  norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam  bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab merupakan  ragam sosial tersendiri.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian  keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.   
v  Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Cendekia
Bahasa  Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir  logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya.  Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.  
b.      Lugas dan Jelas
Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
c.       Menghindari Kalimat Fragmentaris    
Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris.Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan. 
d.      Bertolak dari Gagasan  
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.


D.    Diksi atau pilihan kata 
 Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.   
 KESESUAIAN DIKSI
      Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan   digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
1.      Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.    Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
2.      Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
3.      Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
4.      Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
5.      Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
6.      Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
7.      Hindari penggunaan kata – kata atau kalimat percakapan dalam penulisan.   
  
Ø Berikut merupakan macam hubungan makna yang terbentuk antar kata: 
1.      Sinonim. Merupakan kata – kata yang memiliki kesamaan makna.
 Contoh: Pintar dengan pandai, kurus dengan langsing. Meski memiliki kesamaan makna, kata-kata dalam sinonim memiliki kesan masing-masing seperti halu atau kasarnya.
2.      Antonim. Sekelompok kata yang memiliki makan yang berlawanan dengan kata lain.
 Contoh: tinggi dengan pendek, pesek dengan mancung, dan ainnya. 
3.      Polisemi merupakan kata yang menunjukkan satuan bahasa yang dapat memiliki banyak makna.
 Contoh: anak asuh, anak tangga, anak durhaka, anak sholeh. Dan lain-lain.  
4.      Hiponim merupakan makna kata yang tercakup dalam kata lain. Contoh: melati merupakan hiponim dari bunga.  
5.      Hipernim merupakan kata yang mencakup kata lain. Kebalikan dari hiponim. Contoh: bunga merupakan hipernim dari melati, mawar, kenanga dan lain-lain.  
6.      Homonim merupakan sekelompok kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi tapi memiliki arti yang berbeda.
 Contoh: (1)Hak asuh anak jatuh kepda ibunya;  dengan (2) wanita itu memakai sepatu berhak tinggi.
Pada kalimat pertama hak berarti kepemilikian sedangkan pada kalimatkedua artinya bagian sepatu.
Atau (1) ular ini mengeluarkan bisa yang sangat berbahaya; dengan (2) kamu pasti bisa menghadapinya.
Bisa pada kalimat pertama artinya racun sedangkan bisa pada kalimat kedua artinya kemampuan.
7.      Homofon merupakan sekelompok kata yang memilikikesamaan bunyi namun ejaan dan arti berbeda.
 Contoh: (1) bulan ini saya mendapat bunga bank sebesar 3% ; dengan (2) bang, pesen somay satu piring.     

8.      Homograf yaitu kata yang memiliki tulisan sama namun bunyi dan arti berbeda. Contoh: (1) Saya sudah sampai di Serang, bu; (2) andi diserang kawanan begal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh PROPOSAL HARI PENDIDIKAN NASIONAL

ANALISIS SISTEM POLITIK

Contoh soal dan Jawaban Sosiologi